BAB I
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Gastroenteritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya muntah dan diare yang diakibatkan oleh infeksi, alergi, tidak toleran terhadap makanan tertentu atau mencerna toksin (Tucker, dkk, 1998: 958). Pendapat lain dikemukakan oleh Daldiyono (1997: 21) bahwa diare diartikan sebagai buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dengan kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya. Dalam keadaan biasa kandungan air berjumlah sebanyak 100 ml-200 ml per jam tinja. Pendapat senada dikemukakan oleh Soeparman, dkk (2001: 91) bahwa diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar, konsistensi faeces menjadi cair, dan perut terasa mules ingin buang air besar. Dari beberapa pendapat diatas, dapat dikemukakan bahwa diare atau gastroenteritis adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari, dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja yang diakibatkan oleh infeksi, alergi tidak toleran terhadap makanan tertentu atau mencerna toksin sehingga menyebabkan hiperperistaltik yang mengakibatkan resorbsi air dalam usus besar terganggu dan akhirnya menyebabkan frekuensi buang air besar melebih normal.
B. Penyebab
Penyebab diare, pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum diketahui,
akan tetapi kini telah lebih dari 80 % penyebabnya telah diketahui. Pada saat
ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang
dapat menyebabkan diare pada bayi dan anak. Penyebab ini dapat digolongkan lagi
kedalam penyakit yang ditimbulkan adanya virus, bakteri, dan parasit usus
(Irwanto, dkk, 2002: 75). Menurut Noerasid, dkk (1999: 52) ditinjau dari sudut
patofisiologi, penyebab diare akut dapat
dibagi dalam 2 golongan, yaitu:
1.
Diare sekresi (secretory
diarrhoe), disebabkan oleh:
a.
Infeksi virus,
kuman-kuman patogen, dan apatogen.
b.
Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan
kimia, makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalu asam),
gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan syaraf, hawa dingin, alergi dan
sebagainya.
c.
Defisiensi
imun terutama SIgA (secretory Immunoglobulin A) yang mengakibatkan
berlipatgandanya bakteri/ flora usus dan jamur, terutama candida.
2.
Diare osmotik (osmotic
diarrhoea), disebabkan oleh:
a.
Malabsorbsi
b.
KKP (kekurangan
kalori protein).
c.
BBLR (bayi
berat badan lahir rendah) dan bayi baru lahir.
Pendapat
berbeda dikemukakan oleh Ryle dan Bockus (cit.Hadi, 1999: 44) membagi
penyebab diare sebagai berikut:
1.
Diare karena
kelainan pada saluran makanan:
a.
Kelainan
dilambung atau gastroenterogenous, dapat disebabkan oleh akilia
gastrika, tumor, pasca gastrektomi, vagotomi.
b.
Kelainan di
usus halus atau enterogenous, dapat disebabkan oleh enteritis
regional, pasca bedah, gangguan absorbsi, fistula intestinal
obstruksi intertial partial, divertikulosis dan tumor.
c.
Kelainan di
usus besar, dapat disebabkan oleh kolitis ulserosa kronis, tumor, divertikulosis,
poliposis, kolitis pasca iradiasi, obstruksi kolon parsial dan
endometriosis.
2.
Diare karena
penyakit infeksi:
a.
Infeksi parasit
antara lain: amuba, balantidium coli, dan lain-lain.
b.
Infeksi
bakteri: shigella, salmonella, escheria coli, clostridium, tuberkulosis,
dan lain-lain.
c.
Infeksi virus :
rotavirus, astrovirus, calcivirus, corona virus, dan lain-lain.
d.
Infeksi jamur
misalnya monilia.
3.
Kelainan diluar
saluran makanan:
a.
Penyakit di
pankreas
b.
Kelainan
endokrin
c.
Kelainan hepatobilier.
d.
Penyakit kolagen
e.
Uremia.
f.
Tuberculosis paru.
g.
Penyakit
neurologis.
h.
Akibat
keracunan makanan.
i.
Akibat
pemberian antibiotika
C. Fokus Pengkajian
Menurut Doenges,
dkk (2000: 1039) fokus pengkajian yang didapatkan pada klien dengan masalah hipovolemi
adalah sebagai berikut:
1.
Aktivitas dan
istirahat
Gejala : kelelahan, dan kelemahan umum.
2.
Sirkulasi
Tanda : hipotensi, termasuk perubahan posturnal.
Nadi
lemah, takikardi.
Vena
leher datar, penurunan central vena pressure.
3.
Eliminasi
Gejala : diare, kram perut
Tanda : penurunan volume urine, warna gelap atau pekat,
oliguri (kekurangan cairan berat)
4.
Makanan dan
cairan
Gejala : haus, anoreksia, mual dan muntah.
Tanda : penurunan berat badan sering melebihi 2 % - 8%
dari berat badan total.
Distensi
abdomen.
Membran
mukosa kering, lidah kotor, penurunan air mata dan salivasi.
Kulit
kering dengan turgor buruk, pucat, lembab dan dingin (syok).
5.
Neurosensori
Gejala : Kesemutan ekstremitas, vertigo dan sinkope.
Tanda : Perubahan perilaku, apatis, gelisah, dan
kacau mental.
6.
Pernapasan
Tanda : Takipnea, pernapasan cepat dan dangkal.
7.
Keamanan
Tanda : Suhu biasanya sub normal meskipun demam mungkin
terjadi.
8.
Pemeriksaan
diagnostik
Natrium serum: Mungkin normal, tinggi atau
rendah.
Natrium urine: biasanya menurun (kurang dari 10 mEq/ l bila kehilangan karena
penyebab eksternal, biasanya lebih besar dari 20 mEq/ l bila penyebab adalah renal
atau adrenal).
Jumlah darah lengkap :
Haemoglobin, hematokrit dan sel darah merah biasanya meningkat (hemokonsentrasi).
Penurunan menunjukkan hemoragi.
Glukosa serum: normal atau meningkat.
Protein serum: meningkat.
Blood urea nitrogen: meningkat.
Berat jenis urine: meningkat.
D. Fokus intervensi
Menurut Wong’s,
dkk (2001: 890) rencana asuhan keperawatan pada gastroenteritis adalah sebagai
berikut:
A. Fokus Intervensi
- Defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran melewati gastrointestinal (buang air besar dan muntah) yang berlebihan
Kriteria Tujuan:
Klien
mampu memperlihatkan tanda-tanda rehidrasi dan pemeliharaan hidrasi
yang adekuat
Intervensi :
a.
Berikan Oral Rehidrasi Solution untuk rehidrasi
dan pengambalian kehilangan (buang air besar).
b.
Berikan dan monitor pemberian cairan intravena.
c.
Berikan obat antimikroba sesuai advice
d.
Berikan pengganti Oral Rehidrasi Solution
dengan cairan rendah sodium seperti air, ASI, atau susu formula (rendah laktosa).
e.
Berikan makanan sehari-hari sesuai toleransi.
f.
Observasi intake dan out put (urine faeces
dan muntah).
g.
Monitor pengeluaran urine setiap delapan jam atau
sesuai indikasi.
h.
Timbang berat badan setiap hari.
i.
Kaji tanda-tanda vital, turgor kulit, membran mukosa
dan status mental tiap empat jam atau sesuai indikasi.
j.
Hindari masukan cairan jernih seperti jus buah dan
minuman berkarbonat.
k.
Anjurkan keluarga berpartisipasi dalam memonitor intake
dan output serta mengkaji tanda dehidrasi.
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kehilangan melalui diare dan intake yang tidak adekuat.
Kriteria
tujuan:
Klien
akan memperlihatkan konsumsi makanan yang adekuat dan mempertahankan berat
badan sesuai umur.
Intervensi:
a.
Instruksikan untuk terus menerus memberi ASI bagi anak
yang masih menyusu.
b.
Hindari pemberian diit BRAT (Banana, Rice,
Apple, and Toast Or Tea)
c.
Observasi respon terhadap makanan yang diberikan.
d.
Instruksikan keluarga untuk menyediakan diit yang
tepat.
e.
Selidiki anggota keluarga terdekat yang dapat membantu
pelaksanaan regimen therapeutik.
- Risiko penularan infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang menginvasi saluran gastrointestinal.
Kriteria
tujuan:
Klien
tidak memperlihatkan tanda-tanda infeksi gastrointestinal.
Intervensi:
a.
Lakukan tindakan pencegahan infeksi sesuai standar
kebiasaan rumah sakit.
b.
Pertahankan kebiasaan cuci tangan.
c.
Gunakan popok yang nyaman dan bersih.
d.
Gunakan popok disposible yang mempunyai daya
serap.
e.
Lindungi bayi dan anak kecil dari tempat yang
terkontaminasi.
f.
Ajarkan aturan pencegahan yang mungkin pada anak.
g.
Instruksikan anggota keluarga dan pengunjung untuk
melakukan pencegahan terutama melakukan cuci tangan.
- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi sekunder terhadap seringnya buang air besar.
Kriteria
tujuan:
Integritas
kulit utuh.
Intervensi:
a.
Ganti popok setiap basah atau setiap habis buang air
besar.
b.
Bersihkan pantat dengan kapas lembut sabun non
alkali dan air.
c.
Gunakan salep seperti zinc oxide.
d.
Hindari pengguanaan tissue basah yang mengandung
alkhohol.
e.
Observasi bokong dan perineum dari infeksi seperti candida.
f.
Berikan salep antifungi bila perlu.
- Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang tua tentang proses penyakit.
Kriteria
tujuan:
Keluarga
memperlihatkan tanda kenyamanan.
Intervensi:
a.
Berikan perawatan mulut dan tenangkan bayi.
b.
Beri semangat atau dorong keluarga untuk berkunjung
dan berpartisipasi didalam perawatan
yang sama porsinya dengan kemampuan keluarga.
c.
Sentuh, genggam dan bicarakan tentang stres anak.
d.
Berikan stimulasi sensori dan pengalihan hiburan yang
cocok terhadap tingkat perkembangan anak dan kondisinya.
- Perubahan proses keluarga berhubungan dengan situasi krisis dan kurang pengetahuan
Kriteria
tujuan:
Keluarga
akan mengerti tentang penyakit anaknya dan dapat melakukan perawatan.
Intevensi:
a.
Berikan informasi kepada keluarga tentang penyakit dan
tindakan pengobatan.
b.
Bantu keluarga dalam memberikan rasa nyaman dan support
pada anak.
c.
Libatkan anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam
perawatan seperti yang mereka inginkan.
d.
Ajarkan keluarga mengenai tindakan pencegahan.
e.
Atur pelayanan kesehatan post hospitalisasi.
f.
Rujuk keluarga pada unit pelayanan kesehatan
masyarakat.
No comments:
Post a Comment