Thursday, January 23, 2014

ASKEP HEMANGIOMA

LAPORAN PENDAHULUAN
HEMANGIOMA

batasan/definisi
Hemangioma adalah tumor jinak atau hamartoma yang terjadi akibat gangguan pada perkembangan dan pembentukan pembuluh darah dan dapat terjadi disegala organ seperti hati, limpa, otak, tulang, dan kulit (Hamzah Mochtar. 1999).
Hemangioma adalah suatu kelainan pembuluh darah bawaan yang tidak ikut aktif dalam peredaran darah umum. Hemangioma bukanlah tumor neoplastik sekalipun mempunyai kecenderungan untuk membesar. Ia merupakan “mesodermal excess” dari jaringan “vaso formative”.

patofisiologi
Hemangioma merupakan sisa-sisa jaringan “vaso formative”dari jaringan mesidermal dan mempunyai kemampuan untuk berkembang.
Secara histologik Hemangioma diklasifikasikan berdasarkan besarnya pembuluh darah, menjadi tiga jenis yaitu :
1.         Hemangioma kapiler, yang terdiri atas :
a.         Hemangioma kapiler pada anak (nevus vasculosus, strawberry nevus).
b.         Granuloma piogenik.
c.         Cherry-spot (ruby-spot), angioma senillis.

2.         Hemangioma kavernosum, yang terdiri atas :
a.         Hemangioma kavernosum (Hemangioma matang).
b.         Hemangioma keratonik.
c.         Hemangioma vaskular.

3.         Telangiektasis :
a.         Nevus flameus.
b.         Angiokeratoma.
c.         Spider angioma.

Dari segi praktisnya, umumnya para ahli memakai sistem pembagian sebagai berikut:
1.         Hemangioma kapiler.
Dari Hemangioma kapiler, dikenal :
1)        “Salmon patch”.
2)        “Port wine stain”.
3)        “Spider angioma”.
4)        “Strawberry mark”
Tanda-tanda Hemangioma kapiler, berupa bercak merah tidak menonjol dari permukaan kulit. “Salmon patch” berwarna lebih muda sedang “Port wine stain” lebih gelap kebiru-biruan, kadang-kadang membentuk benjolan di atas permukaan kulit.

2.         Hemangioma kavernosum.
Tampak sebagai suatu benjolan, kemerahan, terasa hangat dan “compressible” (tumor mengecil bila ditekan dan bila dilepas dalam beberapa waktu membesar kembali).

3.         Hemangioma campuran (kapiler dan kavernosum).

Diantara jenis Hemangioma kavernosum dan campuran ada yang disertai fistula arterio-venous (bawaan).



gejala klinis
Tergantung macamnya :
·           Hemangioma kapiler, “Port wine stain” tidak ada benjolan kulit.
·           “Strawberry mark”, menonjol seperti buah murbai.
·           Hemangioma kavernosum, teraba hangat dan “compressible”.

pemeriksaan dan diagnosis
·           Mudah nampak secara klinis, sebagai tumor yang menonjol atau tidak menonjol dengan warna kemerah-merahan.
·           Tumor bersifat “compressible”.
·           Kalau perlu dengan pemeriksaan angiografi.

diagnosa banding
“A – v shunt”

komplikasi
·           Perdarahan.
·           Pada tempat tertentu, dapat mengganggu fungsi, seperti : ambliopia, sesak nafas, gangguan kencing.
·           Trombositopenia, D.I.C.

PENATALAKSANAAN
Dari segi pengobatan, karena adanya persamaan-persamaan dalam tindakan, maka dapat digolongkan atas 3 golongan yaitu :

Golongan I :
a.         ”Strawbery mark”
b.         Hemangioma kavernosum
c.         Hemangioma campuran

Golongan II
a.         ”Salmon patch”
b.         ”Port wine stain”

Golongan III
a.         ”Spider angioma” dengan ”central arteriole”
Pengobatan untuk Golongan I
1.         Radiasi : radiasi dapat membuat involusi, tapi komplikasi-komplikasi radiasi jauh lebih berbahaya dari pada hemangiomanya sendiri bila tidak diobati.
2.         Pembedahan
a.         Eksisi hemangioma
Bukan cara yang ideal karena kesukaran teknis, perdarahan banyak, tidak dapat mengambil secara tuntas tanpa merusak organ setempat, untuk hemangioma kecil kurang dari 1 cm, di daerah nasolabialis eksisi akan memberi hasil baik.
b.         Ligasi arteri proksimal : kurang memuaskan
c.         Ligasi ”a-v shunt”
d.        Elektro koagulasi : untuk ”spider angioma”
e.         ”Sclerozing agent”
Dipakai 5% sod. Morhuate. Dipergunakan hanya di daerah skalp, lidah, mucosa, dimana sikatriks yang timbul tidak akan menyusahkan kelak.
f.          Kortikosteroid : dosis pemberian per oral 20-30 mg/hari selama 2-3 minggu, dan pelan-pelan diturunkan sampai 3 bulan.
Kortikosteroid, menambah sensitifnya pembuluh darah terhadap vaso constricting agent.
3.         Menunggu :
Tindakan ini dilakukan atas dasar pertimbangan, bahwa hemangioma ini akan mengalami involusi spontan. Hemangioma ini sudah ada sejak lahir atau timbul sementara sesudah lahir. Kemudian membesar dengan cepat sampai umur 6-9 bulan. Selama 1 tahun berikutnya ia tumbuh pelan sampai maksimum besarnya pada lebih kurang umur 1 tahun. Kemudian mulai terjadi involusi spontan. Perjalanan involusi ini berjalan bertahun-tahun, sampai umur 7 tahun.

Pengobatan Golongan II :
“Salmon patch” dan “Port wine statis”, tidak mengadakan regresi spontan. Tindakan eksisi kemudian defek ditutup dengan skin graft atau dengan flap memberikan hasil lebih jelek dari sebelum operasi. Penanganan yang memberi hasil memuaskan dengan sinar Laser Argon.



DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.

Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Hamzah Mochtar. (1999). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Media Aescullapius. Jakarta.


                    (1994). Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Bedah. Fakultas Kedokteran Unair & RSUD dr Soetomo Surabaya 
readmore...

ASKEP GOUT


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN METABOLISME PADA SISTEM MUSKULOSKELETAL

  1. Asuhan keperawatan pada pasien Gout/Pirai
Gout adalah peradangan akibat adanya endapan kristal asam urat pada sendi dan jari.
Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung asam urat tinggi, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adequat akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah (Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat menunpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi.
Hiperurecemia merupakan hasil:
-          meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal
-          menurunnya ekskresi asam urat
-          kombinasi keduanya
Gout sering menyerang wanita post menopouse usia 50 – 60 tahun. Juga dapat menyerang laki-laki usia pubertas dan atau usia di atas 30 tahun. Penyakit ini paling sering mengenai sendi metatrsofalangeal, ibu jari kaki, sendi lutut dan pergelangan kaki.

Pengkajian Keperawatan
Riwayat Keperawatan
-          Usia
-          Jenis kelamin
-          nyeri (pada ibu jari kaki atau sendi-sendi lain)
-          kaku pada sendi
-          aktivitas (mudah capai)
-          diet
-          keluarga
-          pengobatan
-          pusing, demam, malaise, dan anoreksi
-          takikardi
-          pola pemeliharaan kesehatan
-          penyakit batu ginjal

Pemeriksaan fisik
-          identifikasi tanda dan gejala yang ada peda riwayat keperawatan
-          nyeri tekan pada sendi yang terkena
-          nyeri pada saat digerakkan
-          area sendi bengkak (kulit hangat, tegang, warna keunguan)
-          denyut jantung berdebar
-          identifikasi penurunan berat badan

Riwayat Psikososial
-          cemas dan takut untuk melakukan kativitas
-          tidak berdaya
-          gangguan aktivvitas di tempat kerja

Pemeriksaan diagnostik
-          asam urat
-          sel darah putih, sel darah merah
-          aspirasi sendi terdapat asam urat
-          urine
-          rontgen

Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan rasa nyaman nyeri b.d adanya radang pada sendi
2.      Gangguan mobilitas fisik b.d adanya nyeri sendi
3.      Potensial terjadi perubahan pola miksi b.d adanya batu atau insufisiensi ginjal
4.      Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan di rumah
5.      Gangguan integritas kulit b.d tophi (tofi)
6.      Resiko : nyeri b.d batu ginjal

Perencanaan dan Implementasi
  1. Gangguan rasa nyaman nyeri
Klien akan menunjukkan tingkat kenyamanan yang lebih baik (rasa nyeri berkurang)
-          Istirahatkan sendi yang sakit dan berikan bantal dibawahnya
-          Berikan kompres hangat
-          Hindarkan factor penyebab munculnya iritasi pada tofi
-          Berikan obat sesuai program
-          Monitor efek samping obat

  1. Gangguan mobilitas fisik
Pasien akan meningkatkan aktivitas sesuai kemampuan
-          anjurkan pasien untuk melakukan gerakan-gerakan bila tidak ada rasa nyeri
-          Lakukan ambulasi dengan bantuan missal dengan menggunakan “walker” atau tongkat
-          Lakukan ROM secara berhati-hati

  1. Kurang pengetahuan
Pasien dan keluarga akan meningkat pemahaman tentang penyakit gout dan cara perawatannya
-          Jelaskan proses perjalanan penyakit
-          Berikan jadwal/program pengobatan (nama obat, dosis, tujuan dan efek samping)
-          Diskusikan pentingnya diit yang terkontrol


  1. Asuhan keperawatan pada pasien Osteoporosis
Osteoporosis adalah gangguan metabolisme tulang berhubungan dengan usia ditandai adanya demineralisasi tulang yang berakibta menurunnya kepedatan tulang dan fraktur.

Patofisiologi
Masa tulang atau kepadatan tulang mencapai puncak pada usia 30- 35 tahun. Setelah mencapai puncak, tulang akan kehilangan Kalsium dari kortek, jaringan padat, lama kelamaan tulang keropos dan patah. Masa tulang akan menurun secara cepat pada masa postmenopouse
Diperkirakan 50% wanita usia lebih dari 65 tahun memiliki gejala osteoporosis. Osteoporosis dibedakan menjadi dua:
1.      Osteopoprosis primer (paling umum) dibedakan menjadi dua (post menopouse terjadi pada usia 55 - 65 tahun & Senil osteoporosis terjadi pada lansia usia > 65 tahun)
2.      Osteoporosis sekunder diakibatkan oleh kondisi medis seperti hiperparathyroid, penggunaan kortikosteroid dalam waktu lama dan lain-lain.
Patofisiologi secara pasti masih belum diketahui, namum diperkirakan oleh karena terjadinya penurunan aktivitas osteoblast dan peningkatan osteoklast

Etiology
Penyebab osteoporosis belum diketahui secara pasti, namun diidentifkiasi beberapa factor resiko memiliki andil terhadap terjadinya osteoporosis:
-          lebih banyak terjadi pada wanita kulit pu tih, sesudah menopouse
-          kurus
-          latihan tidak teratur
-          malabsorbsi
-          diit
-          kekurangan protein
-          kekurangan protein
-          alcohol
-          rokok
-          kafein
-          Heriditer
-          Usia Lanjut

Pencegahan
Ditujukan untuk meminimalisasi factor resiko yang mungkin, penekanannya adalah pada 3 faktor yaitu pengobatan, diet, dan latihan

Pengkajian
Riwayat Kesehatan
-          usia, jenis kelamin, suku
-          bentuk tubuh, Tinggi badan dan Berat Badan
-          paparan dengan sinar matahari, rokok, penggunaan alcohol dan rokok
-          Diit (Calcium dan Vitamin D)
-          Latihan rutin dan type latihan
-          Kesehatan sekarang (pengelolaan medis sekarang)
-          Pengobatan dahulu dan sekarang
-          Keluarga
-          Riwayat jatuh atau pergerakan yang tiba-tiba
-          Nyeri punggung atau panggul
-          Adanya rasa nyeri tekan pada daerah bawah thorak, lumbal

Riwayat Psikososial
-          adanya gangguan body image
-          ketidakmampuan untuk duduk secara fit
-          perubahan pola seksual
-          perubahan status psikologi
-          cemas dan takut terhadap program pengobatan

Pemeriksaan Fisik
Lakukan penekanan pada punggung apakah ada nyeri tekan
Adanya nyeri pergerakan
Amati adanya kelainan bentuk
Periksa mobilitas

Test Laborat
Tidak ada test laborat definitive untuk menegakkan diagnosa osteoporosis primer.
Test yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa osteoporosis sekunder atau gangguan metabolisme tulang adalah serum Calcium, Vit D, Posfor, Alkaline Phosfatase, Calcium dalam Urine, Serum protein, fungsi thyroid.
Test radiology ( CT)
Biopsi tulang

Diagnosa Keperawatan
1.      Potensial cedera (fraktur) b.d demineralisasi, jatuh
2.      Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot, disfungsi, nyeri otot
3.      Nyeri b. d fraktur
4.      Intoleran terhadap aktivitas b.d nyeri dan gangguan mobilitas fisik
5.      Cemas b.d takut akan terjadi fraktur ulang
6.      Konstipasi b.d khyposis berat
7.      Tidak efektifnya pola nafas b.d. rusaknya tulang belakang
8.      Tidak efektifnya koping individu b.d. perkembangan penyakit kronik, perubahan bentuk tubuh
9.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tdak adequatnya intake Calcium
10.  Gangguan body image b.d kelainan bentuk tulang belakang
11.  Gangguan disfungsi seksual b.d nyeri punggung
12.  Kurang pengetahuan b.d pengelolaan atau program treatmen

Potensial cedera (fraktur) b.d demineralisasi, jatuh

Tujuan: klien tidak akan mengalami jatuh dan fraktur akibat jatuh
-          identifikasi dan hindari lingkungan yang memiliki potensial bahaya
-          Ciptakan lingkungan yang bebas dari bahaya untk klien selama di rumah sakit
-          Sediakan support ambulasi bila diperlukan
-          Ketika membantu melakukan ADL, cegah klien dari bahaya kecelakaan
-          Anjurkan untuk tidak melakukan gerakan yang tiba-tiba, tidak mengangkat benda berat
-          Ajarkan pentingnya mengkonsumsi makanan yang dapat mengurangi keparahan osteoporosis
-          Jelaskan tentang efek samping merokok

Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot, disfungsi, nyeri otot

Tujuan: Klien akan meningkatkan mobilitas fisik sampai batas tidak tergantung dalam memenuhi ADL
-          Konsultasikan pada ahli therapy fisik
-          Beritahu dan ajarkan pentingnya latihan
-          Konsultasikan dengan okupasiterapi
-          Ajarkan cara-cara menggunakan alat bantu gerak

Nyeri b. d fraktur vertebrae

Tujuan: Klien akan turun tingkat nyerinya dan tidak tergantung dalam perawatan dirinya
-          kaji perlunya digunakan obat anti nyeri
-          Pertahankan alat yang digunakan untuk memfiksasi fraktur vertebrae
-          Kaji kulit dimana alat dipasang dapat menekan
-          Pasang letakkan secara tepat alat yang ada ketika pasien akan bangun dari tempat tidur
-          Gunakan lotion untuk mengurangi rasa nyeri bila perlu

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN DEGENERASI PADA SISTEM MUSKULOSKELETAL

Asuhan keperawatan pada pasien dengan Osteoartrosis

Pengertian
Osteoartrosis/Osteoarthritis atau Degenerative Joint Disease merupakan penyakit kronik noninflamatory degeneration) dan bukan penyakit sistemik yang mengenai tulang dan tulang didekatnya.
Penyakit ini dapat mengenai satu sendi pada paha dan lutut namun dapat pula terjadi pada tulang belakang pada bagian servikal dan lumbosakral, interfalangeal, sendi bahu, dan sendi siku.

Penyebab
Secara pasti penyebab osteoartrosis belum diketahui , namun penyakit ini berhubungan dengan proses ketuaan, trauma, obesitas, stress mekanik, kelainan bawaan, dan kelainan-kelainan metabolic.

Pathofisology
Osteoartrosis ditandai dengan kerusakan dan atau hilangnya secara bertahap jaringan lunak sendi bagian tengah maupun tepi. Dapat berupa Osteoartrosis primer maupun sekunder.
Trauma baik ektrensik maupun intrisk pada kartilago dapat menyebabkan osteoartrosis. Trauma extrensik yaitu akibat adanya fraktur atau ruptur ligamen sedangkan trauma intrisik berupa adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal, dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaku, kerepitasi, deformitas, adanya hipertrofi atau nodul apad tangan.
Pengkajian

Riwayat Kesehatan
-          usia dan jenis kelamin
-          Riwayat pekerjaan
-          Riwayat trauma
-          Olah raga yang ditekuni saat ini maupun masa lalu
-          Riwayat obesitas
-          Riwayat keluaraga terkait dengan arthritis
-          Penyakit lain yang dialami

Pemeriksaan fisik
-          keluhan utama : nyri sendi (hilang pada istirahat dan meningkat saat aktifitas lama-lama saat istirahat)
-          Kekakuan otot
-          Krepitus
-          Merasakan sendi menebal, kaku
-          Sendi menebal karena hypertrofi
-          Heberden’s node (pada sendi distal interfalangeal)
-          Bouchard’s nodes (pada sendi proksimal interfalangeal)
-          Kemerahan pada sendi
-          Gangguan mobilitas
-          Gangguan ADL

readmore...

ASKEP GLOMERULONEFRITIS AKUT

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN
(GLOMERULONEFRITIS AKUT)

A.          PENGERTIAN
GNA adalah reaksi imunologi pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu. Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus, sering ditemukan pada usia 3-7 tahun.  

(Kapita Selecta, 2000)

B.     ETIOLOGI
Ø  Streptococcus beta hemoliticus group A.
Ø  Keracunan (timah hitam, tridion)
Ø  Penyakit sipilis
Ø  Trombosis vena renalis
Ø  Penyakit kolagen

(Kapita Selecta, 2000)


C.     MANIFESTASI KLINIK
1.         Hematuria
2.         Oliguria
3.         Edema ringan sekitar mata atau seluruh tubuh
4.         Gangguan gastrointestinal
5.         Sakit kepala, merasa lemah
6.         Nyeri pinggang menjalar sampai ke abdomen

D.    PENATALAKSANAAN
1.         Istirahat selama 1-2 minggu
2.         Modifikasi diet.
3.         Pembatasan cairan dan natrium
4.         pembatasan protein bila BUN meningkat.
5.         Antibiotika.
6.         Anti hipertensi
7.         Pemberian diuretik furosemid intravena (1 mg/kgBB/kali)
8.         Bila anuria berlangsung lama (5-7hari) dianjurkan dialisa peritoneal atau hemodialisa.

E.     PENGKAJIAN
1.          Riwayat kesehatan umum, meliputi  Gg/peny. yang lalu, berhubungan dengan peny. sekarang. Contoh: ISPA
2.          Riwayat kesehatan sekarang,Meliputi; keluhan/gg. yang berhubungan dgn. Peny. saat ini.  Seperti; mendadak, nyeri abdomen,Pinggang, edema.

F.      PENGKAJIAN FISIK
1.          Aktivitas/istirahat
-          Gejala: kelemahan/malaise
-          Tanda: kelemahan otot, kehilangan tonus otot
2.          Sirkulasi
-          Tanda: hipertensi, pucat,edema
3.          Eliminasi
-          Gejala: perubahan pola berkemih (oliguri)
-          Tanda:  Perubahan warna urine (kuning pekat, merah)
4.         Makanan/cairan
-          Gejala: peæBB (edema), anoreksia, mual,muntah
-          Tanda: penurunan haluaran urine
5.         Pernafasan
-          Gejala: nafas pendek
-          Tanda: Takipnea, dispnea, peningkatan frekwensi, kedalaman (pernafasan kusmaul)
6.         Nyeri/kenyamanan
-          Gejala: nyeri pinggang, sakit kepala
-          Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah 
G.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
  Pada laboratorium didapatkan:
Ø  Hb menurun
Ø  Ureum dan serum kreatinin meningkat
Ø  Elektrolit serum (natrium meningkat)
Ø  Urinalisis (BJ. Urine meningkat, albumin Å, Eritrosit Å, leukosit Å)
Ø  Pada rontgen:
IVP abnormalitas pada sistem penampungan (Ductus koligentes)

H.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.          Kelebihan volume cairan bd.produksi urine yang menurun akibat dari penurunan filtrasi ginjal.
2.          perubahan nutrisi; kurang dari kebutuhan bd. Intake yang kurang.
3.          Intoleransi aktivitas bd. Kelemahan fisik, bedrest.
4.          Resiko tinggi kerusakan integritas kulit (infeksi sekunder) bd. Perubahan metabolisme dan sirkkulasi tubuh.

I.         IMPLEMENTASI
Diagnosa keperawatan 1.
C  Observasi tanda vital tiap 2 jam
C  Kaji status cairan, observasi intake dan output
C  Jelaskan pada pasien pentingnya pembatasan cairan
C  Timbang BB tiap hari pada waktu, alat dan pakaian yang sama
C  Observasi hasil lab: BJ. Urine, Albumin, elektrolit, darah (kalium dan natrium)
Diagnosa keperawatan 2.
C  Catat pemasukan makanan setiap kali habis makan
C  Catat gejala yg timbul stlh makan, seperti: mual muntah
C  Kaji pola dan kebiasaan makan pasien
C  Sajikan makanan yang menarik dan selalu hangat, porsi kecil tapi sering.
C  Pemberian diet tinggi kalori rendah protein, tinggi karbo   hidrat rendah garam.
C  Observasi hasil lab: BUN dan serum creatinin.
Diagnosa Keperawatan 3.
C  Kaji aktivitas yang biasa dilakukan Pasien setiap hari
C  Anjurkan pasien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya
C  Bantu aktivitas yang belum dapat dilakukan sendiri oleh pasien.
C  Batasi aktivitas pasien selama di rawat
Diagnosa Keperawatan 4.
C  Jelaskan pd pasien tujuan dari setiap tind. yg dilakukan.
C  Observasi keadaaan perkembangan kulit setiap hari.
C  Kebersihan kuku.
C  Miring kiri-kanan setiap 2 jam.
C  Lakukan masase,olesi minyak untuk memperlancar aliran darah
C  Pertahankan kondisi kulit tetap kering.
C  Anjurkan pasien memakai pakaian/alat-alat tenun dari    bahan katun

J.          EVALUASI
C  Intake dan output cairan seimbang.
C  Tidak ada udema.
C  Tanda-tanda vital: TD: 120/80 mmHg, RR: 20 X/m, HR: 80 X/mt, suhu: 367o C.
C  Kadar elektrolit darah normal.
C  Tidak ada mual, muntah.
C  Pasien dapat menghabiskan porsi makanan yang dihidangkan.
C  Tidak ada gatal-gatal dan lecet pada kulit.

C  Tahan terhadap aktivitas tanpa ada kelelahan.
readmore...